Beranda Pure Saturday: Perjalanan Panjang Sang Pelopor Musik Indie Indonesia

Pure Saturday: Perjalanan Panjang Sang Pelopor Musik Indie Indonesia

Oleh, admin
5 hari yang lalu - waktu baca 3 menit
Pure Saturday (Foto: Internet)

Imajinari.com - Pure Saturday adalah band indie pop asal Bandung, Jawa Barat, yang telah menjadi ikon penting dalam perkembangan musik indie di Indonesia. 

Dibentuk pada tahun 1994 oleh Muhammad Suar Nasution, Aditya Ardinugraha, Yudistira Ardinugraha, Ade Purnama, dan Arief Hamdani, Pure Saturday dikenal karena lirik yang puitis, aransemen sederhana namun kuat, serta konsistensi mereka dalam mempertahankan identitas musik indie.

Berawal dari latihan santai di gudang rumah Suar yang diubah menjadi studio kecil, Pure Saturday awalnya hanyalah proyek iseng saat para personelnya menunggu hasil ujian masuk perguruan tinggi. 

Nama "Pure Saturday" dipilih secara spontan, terinspirasi dari kebiasaan mereka berlatih setiap Sabtu. Musik mereka banyak dipengaruhi oleh grup-grup asal Inggris seperti The Cure, Ride, My Bloody Valentine, dan Wonder Stuff.

Debut mereka di kancah musik dimulai dengan kemenangan pada ajang "Festival Musik Unplugged" se-Jawa dan DKI Jakarta pada tahun 1994. Keberhasilan ini membawa nama Pure Saturday ke panggung yang lebih besar, termasuk acara-acara musik lokal dan siaran radio.

Pada tahun 1996, Pure Saturday merilis album perdana mereka, Pure Saturday, yang dirilis secara independen melalui mail order bekerja sama dengan majalah Hai. 

Album ini terjual 5000 kopi, dengan singel "Kosong" menjadi lagu andalan yang mempopulerkan nama mereka di kalangan anak muda Indonesia. 

Lagu-lagu dalam album ini membawa nuansa berbeda dari tren musik keras pada saat itu, menawarkan musik yang lebih melodius dan introspektif.

Pada tahun 1999, mereka merilis album kedua, Utopia, di bawah label Aquarius Musikindo. Lagu "Di Bangku Taman" menjadi salah satu hits dari album ini. Namun, kesibukan para personel dengan kehidupan keluarga dan bisnis menyebabkan hiatusnya band ini dari industri musik. 

Suar Nasution, vokalis mereka, meninggalkan band pada tahun 2004. Posisi vokalis kemudian diisi oleh Satria, manajer band, yang membawa semangat baru dalam formasi mereka.

Di tahun 2005, Pure Saturday merilis album ketiga mereka, Elora, di bawah naungan FastForward Records. 

Album ini menunjukkan sisi yang lebih matang dari band dengan eksplorasi musikal yang lebih beragam. 

Album retrospektif Time for a Change, Time to Move On dirilis pada tahun 2007, menyertakan lagu-lagu lama yang dikemas ulang bersama dua lagu baru.

Album keempat, Grey, dirilis pada tahun 2012 dan diterima dengan baik oleh penggemar lama maupun baru. 

Pada tahun 2023, Pure Saturday kembali dengan album Our Sincere Desire, menandai perjalanan panjang mereka selama hampir tiga dekade di industri musik. 

Singel "Fleeting Away" dari album ini memperlihatkan konsistensi mereka dalam menciptakan musik yang relevan dan emosional.

Pure Saturday juga menjadi subjek biografi berjudul Based on A True Story karya Idhar Resmadi, yang menceritakan perjalanan 25 tahun mereka di dunia musik. Buku ini dirilis ulang pada tahun 2019 dengan tambahan cerita baru.

Dengan tujuh album, beberapa EP, dan sejumlah singel yang ikonis, Pure Saturday telah membuktikan bahwa mereka adalah pelopor sejati dalam musik indie di Indonesia. 

Mereka bukan hanya sekadar band, tetapi juga simbol semangat independensi dan kreativitas yang telah menginspirasi banyak musisi di tanah air. 

Pure Saturday adalah bukti bahwa musik yang jujur dan konsisten dapat bertahan melampaui generasi. (*)

 

Rekomendasi

0 Komentar

Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.